Jumat, 04 Januari 2013

Makalah Tasawuf: Kesehatan Menatl


BAB I
PENDAHULUAN


A.              Latar Belakang Masalah
Kesehatan mental, sebagai disiplin ilmu yang merupakan bagian dari psikologi agama, terus berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari kondisi masyarakat yang membutuhkan jawaban atas berbagai permasalahan yang melingkupinya. Kemudahan yang didapat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta industri belum mampu memenuhi kebutuhan ruhani, malah memunculkan permasalahan-permasalahan baru, seperti kecemasan akibat dari kemewahan hidup yang diraihnya. Dampak lain adalah mereduksinya integritas kemanusiaan, yang akhirnya membawa manusia terperangkap dalam jaringan sistem rasionalitas teknologi yang tidak manusiawi.
Pada bagian lain, berbagai persoalan hidup yang melanda bangsa Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan krisis yang menyusup dalam berbagai kehidupan, baik politik, sosial, ekonomi, maupun budaya, serta berbagai kerusuhan etnis berbagai pelosok negeri, semakin menambah persoalan dalam kesahatan mental. Adanya asumsi bahwa 2 % bangsa Indonesia terganggu jiwanya dapat dijadikan sebagai dasar persoalan kesehatan mental semakin membtuhkan perhatian yang serius. Untuk mengetahui kesehatan mental secara mendalam akan dibahas pada bab selanjutnya.

B.              Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.        Apa pengertian kesehatan mental?
2.        Apa saja prinsip-prinsip kesehatan mental?
3.        Apa kedudukan dan peran dari kesehatan mental?

C.              Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep kesehatan mental secara mendalam yang meliputi pengertian, prinsip-prinsip serta peran dan kedudukan dari kesehatan mental.
BAB II
KESEHATAN MENTAL
A.              Pengertian Kesehatan Mental
Pengertian kesehatan mental mengalami perkembangan sebagai berikut:
1.               Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa (neurosis dan psikosis)[1].
Pengertian ini masih terlihat sempit dan terbatas, karena yang dimaksud dengan orang yang sehat mentalnya adalah mereka yang tidak terganggu dan berpenyakit jiwanya. Namun demikian, pengertian pertama ini banyak mendapat sambutan dari kalangan psikiatri.
Kembali pada istilah neurosis, pada awalnya kata tersebut berarti ketidak beresan dalam susunan syaraf. Namun, setelah para ahli penyakit dan ahli psikologi menyadari bahwa ketidak beresan tingkah laku tersebut tidak hanya disebabkan oleh ketidak beresan susunan syaraf, tapi juga dipengaruhi oleh sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang lain, maka aspek mental (psikologi) dimasukkan pula dalam istilah tersebut.
2.               Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup. Pengertian ini lebih luas dan umum, karena telah dihubungkan dengan kehidupan sosial secara menyeluruh. Dengan kemampuan penyesuaian diri, diharapkan akan menimbulkan ketentraman dan kebahagiaan hidup.
3.               Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsu jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk mengatasi problem yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).
4.               Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi, bakat dan pembawaan semaksimal mungkin, sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang lain, terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.
Dari pengertian di atas dapat diambil suatu batasan bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa, mampu menyesuaiakn diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan-kegoncangan yang bias, adanya keserasian fungsi jiwa, dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna, dan berbahagia serta dapat menggunakan potensi-potensi yang ada semaksimal mungkin.
Batasan pengertian tersebut di atas belum termasuk di dalamnya unsur agama, sehingga Zakiah Darajat menambahkan, harus berlandaskan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup bermakna, bahagia di dunia dan akhirat.
Dari keterangan di atas, memunculkan empat pola wawasan dengan orientasi masing-masing, demikian konklusi yang diambil oleh Hanna Djumhana Bastaman menanggapi pengertian kesehatan mental di atas. Pola wawasan tersebut adalah:
1.               Pola wawasan berorientasi pada simtomatis.
2.               Pola wawasan berorientasi pada penyesuain diri.
3.               Pola wawasan berorientasi pada pengembangan potensi.
4.               Pola wawasan berorientasi pada agama (keruhanian).
Masih dalam pembahasan yang sama, organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 1959 memberikan batasan mental yang sehat adalah sebagai berikut:
1.               Dapat menyesuaiakn diri secara konstruktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu bururk baginya.
2.               Memperoleh kepuasan diri hasil jerih payah usahnya.
3.               Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
4.               Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.
5.               Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan.
6.               Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran di kemudian hari.
7.               Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
8.               Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.
Kriteria batasan sehat yang dikemukakan oleh WHO sebagaimana tersebut di atas, pada tahun 1984 disempurnakan dengan menambahkan satu elemen spiritual (agama). Oleh karena itu, yang dimaksud dengan sehat adalah bukan sehat dari segi fisik, psikologik, dan sosial saja, akan tetapi juga sehat dalam arti spiritual/agama.

B.              Prinsip-prinsip Kesehatan Mental
Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip kesehatan mental adalah dasar yang harus ditegakkan orang dalam dirinya untuk mendapatkan kesehatan mental yang baik serta terhindar dari gangguan kejiwaan. Prinsip-prinsip tersebut adalah[2]:
1.               Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri.
Prinsip ini biasa diistilahkan dengan self image. Prinsip ini antara lain dapat dicapai dengan penerimaan diri, keyakinan diri dan kepercayaan pada diri sendiri. Self image yang juga disebut dengan citra diri merupakan salah satu unsur penting dalam pengembangan pribadi. Citra diri positif akan mewarnai pola hidup, sikap, cara pikir dan corak penghayatan, serta ragam perbuatan yang positif pula. Carl Rogers mengemukakan dua ragam citra diri.
a.               Citra diri aktual (the actualized self image)
Citra ini merupakan gambaran seseorang mengenai dirinya pada saat sekarang.
b.               Citra diri ideal (the idealized self image)
Gambaran seseorang mengenai dirinya seperti yang diidam-idamkan.
Citra diri ini dapat dikatakan sebagai sumber motivasi dari seluruh perbuatan manusia.
2.               Keterpaduan antara integrasi diri
Yang dimaksud keterpaduan disini adalah adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan jiwa dalam diri, kesatuan pandangan (falsafah) dalam hidup dan kesanggupan mengatasi stres. Dalam bahasa lain orang yang memiliki kesatuan pandangan hidup adalah adalah orang yang memperoleh makna dan tujuan dalam hidupnya. Sedangkan orang yang mampu mengatasi stres berarti orang yang sanggup memenuhi kebutuhannya, dan apabila menemui hambatan ia dapat mengadakan suatu inovasi dalam memenuhi kebutuhannya.
3.               Perwujudan diri (aktualisasi diri)
Merupakan proses pematangan diri. Menurut Reiff, orang yang sehat mentalnya adalah orang yang mampu mengaktualisasikan diri atau mampu mewujudkan potensi yang dimilikinya, serta memenuhi kebutuhan-kebuthannya dengan cara yang baik dan memuaskan.
4.                Berkemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal. Kecakapan dalam hidupnya merupakan dasar bagi kesehatan mental yang baik. Untuk mendapatkan penyesuaian diri yang sukses dalam kehidupan, minimal orang harus memiliki pengetahuan dan keterampilan, mempunyai hubungan yang erat dengan orang yang mempunyai otoritas dan mempunyai hubungan yang erta dengan teman-teman.
5.               Berminat dalam tugas dan pekerjaan
Orang yang menyukai terhadap pekerjaan walaupun berat maka akan cepat selesai dari pada pekerjaan yang ringan tetapi tidak diminatinya.
6.               Agama, cita-cita dan falsafah hidup. Untuk pembinaan dan pengembangan kesehatan mental orang membutuhkan agama, seperangkat cita-cita yang konsisten dan pandangan hidup yang kokoh.
7.               Pengawasan diri
Mengadakan pengawasan terhadap hawa nafsu atau dorongan dan keinginan serta kebutuhan oleh akal pikiran merupakan hal pokok dari kehidupan orang dewasa yang bermental sehat dan berkepribadian normal, karena dengan pengawasan tersebut orang mampu membimbing segala tingkah lakunya.

8.               Rasa benar dan tanggung jawab
Rasa benar dan tanggung jawab penting bagi tingkah laku, karena setiap individu ingin bebas dari rasa dosa, salah dan kecewa. Rasa benar, tanggung jawab dan sukses  adalah keinginan setiap orang yang sehat mentalnya. Rasa benar yang ada dalam diri selalu mengajak orang kepada kebaikan, tanggung jawab dan rasa sukses, serta membebaskannya dari rasa dosa, salah, dan kecewa.

C.              Kedudukan dan Peranan Kesehatan Mental
Para ahli kesehatan mental telah sepakat bahwa kedudukan kesehatan mental dapat digolongkan menjdi tiga bagian, yaitu:
1.               Kesehatan mental sebagai kondisi (keadaan).
Kedudukan kesehatan mental sebagai kondisi (keadaan) mengacu kepada pengertian kesehatan mental seperti tersebut di atas, seperti terhindar gangguan kejiwaan (neuroses) dan penyakit kejiwaan (psychoses). Selain itu juga mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain dan dengan masyarakat dimana ia hidup, mampu mengendalikan diri dalam berbagai masalah serta terwujudnya keserasian dan keharmonisan antara fungsi-fungsi kejiwaan.
2.               Kesehatan mental sebagai ilmu pengetahuan
Sebagai cabang ilmu psikologi, kesehatan mental berarti bertujuan untuk mengembangkan semua potensi yang ada pada manusia seoptimal mungkin, serta memanfaatkannya sebaik-baiknya agar terhindar dari gangguan dan penyakit kejiwaan.
3.               Kesehatan mental sebagai terapi
Kesehatan mental sebagai ilmu jiwa terapan, mengkaji, dan mengembangkan teknik-teknik konseling dan terapi kejiwaan.
Dalam dunia Islam kedudukan, fungsi dan peran kesehatan mental tampak lebih jelas lagi. Maksud dan tujuan Allah menciptakan manusia di muka bumi adalah untuk beribadah dalam pengertian luas. Ibadah dalam pengertian, kegiatannya mencakup seluruh aspek kegiatan manusia. Baik yang bersifat i’tiqad, pikiran, amal sosial, jasmani, ruhani, akhlak, dan keindahan.
Pengertian ibadah dalam Islam secara luas adalah pengembangan sifat-sifat Allah yang ada pada manusia untuk menumbuh kembangkan potensi diri yang telah diberikan Allah kepada manusia berupa potensi-potensi yang terdapat dalam nama-nama Allah yang agung (al-asma al-husna), seperti potensi ilmu, kuasa, sosial, kekayaan, pendengaran, penglihatan, dan pemikiran serta potensi-potensi lainnya.
Dengan demikian maksud dan tujuan ibadah dalam Islam tidak hanya menyangkut hubungan vertikal atau hablun minAllah, tetapi juga menyangkut hubungan horizontal yang meliputi hablun min al-annas, hablun min al-nafs, dan hablun min al-alam. Menurut kesehatan mental, tujuan, dan maksud yang demikian itu dapat diartikan sebagai pembinaan perasaan dan hubungan baik antara manusia dengan Allah, sesama manusia, diri sendiri, serta alam semesta sehingga manusia mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
















BAB III
KESIMPULAN


Kesehatan mental  adalah orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa, mampu menyesuaiakn diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan-kegoncangan yang bias, adanya keserasian fungsi jiwa, dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna, dan berbahagia serta dapat menggunakan potensi-potensi yang ada semaksimal mungkin. Ada prinsip-prinsip yang harus ditegakan ketika seseorang ingin mencapai kesehatan mental, yang dimaksud dengan prinsip-prinsip kesehatan mental adalah dasar yang harus ditegakkan orang dalam dirinya untuk mendapatkan kesehatan mental yang baik serta terhindar dari gangguan kejiwaan. Kesehatan mental dalam Islam adalah ibadah dalam pengerian luas atau pengembangan potensi diri yang dimilki manusia dalam rangka pengabdian kepada Allah dan agamanya, untuk mendapatkan al-nafs al-muthmainnah (jiwa yang tenang dan bahagia). Firman Allah:
$pkçJ­ƒr'¯»tƒ ߧøÿ¨Z9$# èp¨ZÍ´yJôÜßJø9$# ÇËÐÈ ûÓÉëÅ_ö$# 4n<Î) Å7În/u ZpuŠÅÊ#u Zp¨ŠÅÊó£D ÇËÑÈ
Artinya: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.












DAFTAR PUSTAKA


Aziz Ahyadi, Abdul, 2001. Psikologi Agama: Kepribadian  Muslim Pancasila, Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Jalaluddin, 1997. Psokologi Agama, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Darajat, Zakiah, 1991. Ilmu jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang.
                         , 1996. Peran Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.
Surunin, 2004. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: RajaGrafindo Persada.



[1] Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Haji Mas Agung, 1990), cet. XVI, hlm. 11.
[2] Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), cet. I, hlm.145.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

cara daftar member di website netira

CARA MENJADI MEMBER DI WEB RESMI SMPN 3 RAJADESA 1.   MASUK KE www.smpn3rajadesa.sch.id .2.   Pilih menu Daftar   3.  ...